Misteri di Kamar 301


Jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari, aku segera bangun dan bergegas mengambil air wudhu. Saat bersamaan kulihat suami yang terbaring lemah tengah melakukan tayamum. Saat itu aku tengah menunggui suami yang tengah dirawat di rumah sakit. Alhamdulillah, meski dalam kondisi sakit berat beliau tak pernah lalai melaksanakan sholat malam.

Sedari tadi sholatku berasa kurang khusyu. Lamat-lamat kudengar suara tangisan, lebih tepatnya tangisan seorang perempuan. Selesai menunaikan sholat malam, aku bergegas bersiap mandi meski jarum jam baru menunjukkan pukul 04.00 pagi.

Selesai mandi, suara tangis itu tak juga reda. Nadanya masih sama, tak meninggi atau menghilang ditelan angin. Saat itu kamar hanya dihuni oleh 4 pasien dari kapasitas 6 pasien. Kurasa suara tangisan itu bukan berasal dari ruangan tempat suami dirawat. Apalagi kamar ini dikhusukan bagi pasien dewasa pria. Hanya aku saja penunggu berjenis kelamin wanita yang ada di ruangan itu.


Aku makin penasaran, gerangan darimanakah tangisan itu berasal. Mungkinkah dari ruang sebelah? Kasihan betul sepertinya wanita itu tengah sedih dan tak ada sanak saudara yang menemani. Segera kurapatkan telinga ke dinding untuk memastikan bahwa asal suara tersebut dari kamar sebelah.

***

Aku jadi teringat saat beberapa waktu yang lalu di ruangan tersebut ada seorang pasien lelaki muda terserang kanker usus. Saat kondisi pasien mulai tak sadarkan diri, jeritan istri dan kedua orang tuanya serta sanak saudara memenuhi ruangan.  Merinding kami dibuatnya. Hingga akhirnya dokter jaga memindahkan pasien ke ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan intensif. Berharap masih ada keajaiban untuknya. 
Namun takdir berkata  lain, lelaki muda itu meninggal di usia 31 tahun. Meninggalkan istri dan seorang anak yang baru berusia sekitar 2 tahun. Innalillahi wa inna ilaihi ro’jiun.

Hampir seminggu setelah kejadian tersebut, saat aku tengah memanjatkan do’a di keheningan malam dalam tahajudku. Aku mendengar suara-suara seperti orang ramai berkerumun dan beberapa menjerit histeris. Astaghfirulloh, sepertinya mereka sedang menunggui pasien yang tengah menghadapi sakaratul maut. Sumber suara sepertinya dari tempat yang cukup jauh. Barangkali keheningan malam membuatnya sampai ke telingaku. Herannya suara itu seperti kaset yang diulang-ulang. Sama persis. Ketika kusampaikan pada suami, menurutnya ceritaku mengenai suara-suara orang ramai berkerumun mengingatkannya pada malam sewaktu lelaki muda tak sadarkan diri di ruangan kami. Wallahu’alam.

 ***

“Suster pasien di sebelah masih menagis terus,” aku menceritakan suara tangisan yang kudengar tatkala tepat pukul 5 pagi suster datang ke ruangan.
Seperti biasa, suster jaga akan melakukan cek suhu dan tekanan darah pasien di pukul 5 pagi.
“Ah Ibu.. di sebelah ‘kan kosong, juga  gak ada pasien perempuan Bu,” jawab suster.
“Coba suster dengar, suaranya  masih ada koq,” ujarku  tanpa curiga.
“O ya Bu.. saya juga dengar..,” ucap suster mencoba konsentrasi mendengar suara tangisan wanita.
“Lalu darimana suster asal suara itu, apa dari luar ya?,” ucapku masih penasaran.
“Ih Ibu.. bikin saya merinding aja, di luar kan gak ada apa-apa Bu.. cuman lapangan biasa,”jelas Suster sambil membereskan alat tensi.
Tadinya aku berpikiran wanita itu tengah menyandar di dinding luar kamar kami sambil menangis.

Aku baru tersadar ketika siang hari kucoba mengintip keluar, seperti yang dikatakan suster di luar hanyalah ruang terbuka yang kosong. Apalagi kami berada di lantai 3, rasanya tak mungkin ada wanita malam-malam menangis di sana.

 ***
Menemani suami menjalani perawatan hampir 2 bulan meninggalkan banyak cerita. Mengenai keramahan suster, kecepatan layanan rumah sakit, menu makanan yang membuat suami lahap menyantapnya, hingga cerita penuh misteri. Semua akan terus melekat sepanjang hidupku. Aku sangat bersyukur diberikan kesempatan olehNya merawat beliau  dan memenuhi semua permintaannya. Serta selalu mengingatkannya untuk selalu sabar dan ikhlas menghadapai ujian sakitnya.Kini aku tak akan bisa berjumpa kembali dengan suami tercinta. Beliau telah berpulang dengan penuh keikhlasan dalam menjalani derita sakitnya.  

Satu minggu sebelum wafat, almarhum menyampaikan padaku ada suara orang mengucapkan salam  dan bau wangi tercium hidungnya. Saat itu Ashar tepatnya, adalah jadwal pergantian suster. Aku mencoba menenangkan diriku sendiri, takut itu adalah suatu pertanda dariNya akan kepulangan suamiku. "Barangkali wangi suster jaga,"ucapku. Beberapa kali almarhum terdengar menjawab salam, aku tak kuat mendengarnya. Firasatku berkata lain, segera kutelepon Bapak dan Ibu mertua untuk menemaniku di ruangan ini. Rupanya kejadian itu adalah pertanda untuk kami, suami berpulang keharibaanNya. Selamat jalan kekasih, Rabb memanggilmu dalam ketenangan. Syurga menantimu. Aamiin Ya Rabb..

4 comments:

  1. Hiii...merinding bacanya Teh, apalagi yang mengalaminya ya..

    ReplyDelete
  2. Anonymous06:56

    Ternyata tidak hanya angka 13 yang misteri kebalikannya juga ya. Seremmmmm....

    ReplyDelete
  3. Salut utk ummi aleeya yg tetep kuat dan tabah

    ReplyDelete