Jam menunjukkan
pukul 03.00 dini hari, aku segera bangun dan bergegas mengambil air wudhu. Saat
bersamaan kulihat suami yang terbaring lemah tengah melakukan tayamum. Saat itu
aku tengah menunggui suami yang tengah dirawat di rumah sakit. Alhamdulillah,
meski dalam kondisi sakit berat beliau tak pernah lalai melaksanakan sholat
malam.
Sedari tadi
sholatku berasa kurang khusyu. Lamat-lamat kudengar suara tangisan, lebih
tepatnya tangisan seorang perempuan. Selesai menunaikan sholat malam, aku
bergegas bersiap mandi meski jarum jam baru menunjukkan pukul 04.00 pagi.
Selesai mandi,
suara tangis itu tak juga reda. Nadanya masih sama, tak meninggi atau
menghilang ditelan angin. Saat itu kamar hanya dihuni oleh 4 pasien dari
kapasitas 6 pasien. Kurasa suara tangisan itu bukan berasal dari ruangan tempat
suami dirawat. Apalagi kamar ini dikhusukan bagi pasien dewasa pria. Hanya aku
saja penunggu berjenis kelamin wanita yang ada di ruangan itu.
Aku makin
penasaran, gerangan darimanakah tangisan itu berasal. Mungkinkah dari ruang
sebelah? Kasihan betul sepertinya wanita itu tengah sedih dan tak ada sanak
saudara yang menemani. Segera kurapatkan telinga ke dinding untuk memastikan
bahwa asal suara tersebut dari kamar sebelah.
***
Aku jadi
teringat saat beberapa waktu yang lalu di ruangan tersebut ada seorang pasien
lelaki muda terserang kanker usus. Saat kondisi pasien mulai tak sadarkan diri,
jeritan istri dan kedua orang tuanya serta sanak saudara memenuhi ruangan. Merinding kami dibuatnya. Hingga akhirnya
dokter jaga memindahkan pasien ke ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan
intensif. Berharap masih ada keajaiban untuknya.
Namun takdir berkata lain, lelaki muda itu meninggal di usia 31
tahun. Meninggalkan istri dan seorang anak yang baru berusia sekitar 2 tahun.
Innalillahi wa inna ilaihi ro’jiun.
Hampir seminggu
setelah kejadian tersebut, saat aku tengah memanjatkan do’a di keheningan malam
dalam tahajudku. Aku mendengar suara-suara seperti orang ramai berkerumun dan
beberapa menjerit histeris. Astaghfirulloh, sepertinya mereka sedang menunggui
pasien yang tengah menghadapi sakaratul maut. Sumber suara sepertinya dari
tempat yang cukup jauh. Barangkali keheningan malam membuatnya sampai ke telingaku.
Herannya suara itu seperti kaset yang diulang-ulang. Sama persis. Ketika
kusampaikan pada suami, menurutnya ceritaku mengenai suara-suara orang ramai
berkerumun mengingatkannya pada malam sewaktu lelaki muda tak sadarkan diri di
ruangan kami. Wallahu’alam.
***
“Suster pasien di sebelah masih menagis terus,”
aku menceritakan suara tangisan yang kudengar tatkala tepat pukul 5 pagi suster
datang ke ruangan.
Seperti biasa,
suster jaga akan melakukan cek suhu dan tekanan darah pasien di pukul 5 pagi.
“Ah Ibu.. di
sebelah ‘kan kosong, juga gak
ada pasien perempuan Bu,” jawab suster.
“Coba suster
dengar, suaranya masih ada koq,” ujarku tanpa curiga.
“O ya Bu.. saya
juga dengar..,” ucap suster mencoba konsentrasi mendengar suara tangisan
wanita.
“Lalu darimana
suster asal suara itu, apa dari luar ya?,” ucapku masih penasaran.
“Ih Ibu.. bikin
saya merinding aja, di luar kan gak
ada apa-apa Bu.. cuman lapangan biasa,”jelas Suster sambil membereskan alat
tensi.
Tadinya aku
berpikiran wanita itu tengah menyandar di dinding luar kamar kami sambil
menangis.
Aku baru
tersadar ketika siang hari kucoba mengintip keluar, seperti yang dikatakan
suster di luar hanyalah ruang terbuka yang kosong. Apalagi kami berada di
lantai 3, rasanya tak mungkin ada wanita malam-malam menangis di sana.
***
Menemani suami
menjalani perawatan hampir 2 bulan meninggalkan banyak cerita. Mengenai
keramahan suster, kecepatan layanan rumah sakit, menu makanan yang membuat
suami lahap menyantapnya, hingga cerita penuh misteri. Semua akan terus melekat
sepanjang hidupku. Aku sangat bersyukur diberikan kesempatan olehNya merawat
beliau dan memenuhi semua permintaannya.
Serta selalu mengingatkannya untuk selalu sabar dan ikhlas menghadapai ujian
sakitnya.Kini aku tak
akan bisa berjumpa kembali dengan suami tercinta. Beliau telah berpulang dengan
penuh keikhlasan dalam menjalani derita sakitnya.
Satu minggu sebelum wafat, almarhum menyampaikan padaku ada suara orang mengucapkan salam dan bau wangi tercium hidungnya. Saat itu Ashar tepatnya, adalah jadwal pergantian suster. Aku mencoba menenangkan diriku sendiri, takut itu adalah suatu pertanda dariNya akan kepulangan suamiku. "Barangkali wangi suster jaga,"ucapku. Beberapa kali almarhum terdengar menjawab salam, aku tak kuat mendengarnya. Firasatku berkata lain, segera kutelepon Bapak dan Ibu mertua untuk menemaniku di ruangan ini. Rupanya kejadian itu adalah pertanda untuk kami, suami berpulang keharibaanNya. Selamat jalan kekasih, Rabb memanggilmu dalam ketenangan. Syurga menantimu. Aamiin Ya Rabb..
Hiii...merinding bacanya Teh, apalagi yang mengalaminya ya..
ReplyDeleteTernyata tidak hanya angka 13 yang misteri kebalikannya juga ya. Seremmmmm....
ReplyDeleteSalut utk ummi aleeya yg tetep kuat dan tabah
ReplyDeleteSeram juga ya
ReplyDelete