Dalam melakukan kegiatan usaha, tujuan utama
yang ingin diperoleh adalah mendapatkan profit atau keuntungan. Profit merupakan alat peningkatan kesejahteraan pihak yang terlibat dalam usaha tersebut
dan sebagai biaya penopang keberlangsungan proses usaha. Benarkah hanya profit
yang bisa menjadi ukuran sukses dan langgengnya sebuah usaha?
Untuk memperoleh keuntungan seringkali oknum para pelaku usaha memberlakukan cara-cara yang melanggar aturan. Semisal dalam usaha makanan, kita temui oknum yang menggunakan bahan baku kadaluarsa, serta pewarna pakaian dan penambahan zat pengawet berlebihan. Dalam bidang industri, perusahaan besar seringkali mengabaikan perhatian dalam kelestarian lingkungan hidup. Pabrik tekstil misalnya sering membuang limbah penuh racun yang merusak lingkungan sekitar. Yang paling seringkali penulis temui adalah selokan dekat rumah seringkali tercemar dan dialiri limbah terutama saat hujan turun deras. Oknum pelaku usaha mengingingkan pembuangan limbah tidak disadari warga sekitar.
Para pelaku usaha hendaknya kini mulai menyadari
bahwa penggunan cara-cara illegal dalam
proses usaha hanya mendatangkan keuntungan semu. Bumi yang tua akan semakin
rusak, penggunaan bahan baku berbahaya dalam olahan makanan akan menjadi
penyakit berbahaya bagi penikmatnya. Jika sudah demikian akankah usaha yang
dilakukan menjadi langgeng? Bumi yang rusak tak lagi bisa di gunakan
kekayaannya untuk berlangsungnya usaha, penduduk yang sakit akan tak bisa
menjadi target pemakai produk mereka karena hidupnya habis digunakan untuk
berobat. Nyatalah bahwa sebuah usaha yang didirikan untuk menggapai tujuan
memperoleh profit dengan cara illegal sebenarnya tengah melakukan bunuh diri.
Usahanya akan mati karena bumi dan penduduknya telah menjadi korban keserakahan
dalam memperoleh untung dengan cara yang melanggar aturan.
Keberlangsungan usaha ternyata tidak melulu
diukur dengan nilai profit semata, namun harus pula diperhatikan bagaimana
perusahaan tersebut memberikan kesejahteraan bagi karyawannya, memberikan
kebaikan bagi lingkungan sekitar serta melakukan cara-cara yang turut berperan
dalam kelestarian bumi. Dalam salah satu sesi Mata Kuliah Proses Bisnis dan
Organisasi Program Pasca Sarjana STMIK LIKMI Bandung, Dr. Antonius Alijoyo mengungkapkan bahwa kerangka kerja suatu usaha saat ini diukur
dengan kosep 3P (People, Profit dan
Planet) yang dikenal dengan nama Triple Button Line.
Triple Bottom Line (TBL) yang pertama kali di gagas oleh John Elkington pada tahun 1998. Konsep TBL mengimplikasikan bahwa kegiatan
bisnis harus lebih mengutamakan
kepentingan stakeholder
(semua pihak yang terlibat dan terkena dampak dari kegiatan yang
dilakukan).
Salah satu perusahaan yang penulis amati sudah menerapkan kegiatan 3P ini adalah Indscript Creative yang belokasi di kota Bandung. Perusahaan yang bergerak di bidang penulisan ini tumbuh dan besar dengan melibatkan sumber daya insani yang terdapat di dalam perusahaan dan dilingkungan sekitar. Perusahaan juga aktif melakukan kegiatan yang bertujuan kemanusiaan serta penyelamatan lingkungan.
Saat ini perusahaan
digerakkan di sebuah rumah tinggal di kawasan Bandung Selatan mampu menggerakkan
para Ibu Rumah Tangga untuk menjadi penulis produktif. Target sasarannya adalah
para Ibu yang berdomisili di dalam dan di luar negeri. Dengan kemajuan teknologi dan informasi,
kemudian berlangsung kegiatan Sekolah Perempuan yang memberikan pelatihan
penulisan yang dilakukan secara online melalui group Facebook maupun Webinar.
Hasil dari Sekolah Perempuan ini muncul para penulis baru yang akan dihubungkan
dengan penerbit untuk proses penerbitan bukunya.
Sekolah Perempuan adalah salah satu kegiatan di bawah Indscript Training Centre (sumber : dok. pribadi) |
Perusahaan
juga memiliki produk direct selling yang sebagian keuntungannya diberikan bagi
penderita kanker di rumah Cinta. Kegiatan sosial lainnya yang dilakukan antara lain memberikan bantuan bagi korban
banjir, meberikan takjil gratis untuk berbuka. Sedangkan untuk program peduli
lingkungan, indscript Creative menggalakkan kegiatan Bank Sampah yang mengajak
partisipasi warga sekitar. Pemberian sumbangan Metrik Pencapaian bagi Panti
Asuhan serta sumbangan buku bagi Taman Bacaan Masyarakat adalah bentuk lain
dari kepedulian Indscript terhadap kemanusiaam dan peningkatan kualitas sumber
daya insani.
Sumbangan Metrik sebagai alat ukur produktivitas bagi anak Panti Asuhan di Bandung (sumber : dok. Pribadi) |
Kesadaran
untuk memberlakukan 3P tentu saja bukan hanya kewajiban sebuah perusahaan,
namun juga perlu terpahami oleh karyawan atau individu yang terlibat dalam
sebuah kegiatan usaha. Karena sesungguhnya kita bisa sukses karena kita
senantisa memberikan kebaikan bagi diri, manusia lain dan lingkungan sekitar.
Hidup kita hari ini adalah bagi keberlangsungan bumi yang akan diwarisi anak
cucu kita. Sudahkah siapkah Anda dengan 3P?
0 komentar:
Post a Comment