Roti Buaya, Perlambang Kesetiaan?



Roti Buaya adalah panganan khas yang selalu disertakan dalam acara seserahan adat Betawi. Roti ini dibawa oleh mempelai pria untuk diserahkan pada mempelai wanita.

Munculnya tradisi ini konon diawali dengan kedatangan bangsa Eropa ke Jakarta. Saat itu warga eropa senantiasa menyertakan bunga dalam acara pernikahannya.

Bagi warga betawi, roti buaya menjadi pilihan untuk dijadikan barang bawaan wajib mempelai pria. Mengapa roti buaya? Padahal  kita lebih mengenal istilah  “Buaya Darat” sebagai simbol laki-laki tak setia.

Roti Buaya dalam pernikahan adat Betawi memiliki pemaknaan lain. Buaya dikenal sebagai hewan yang setia karena hanya melakukan kawin sekali seumur hidup he..
 
roti buaya khitanan
Roti Buaya (sumber gambar : gopixpic.com)
Selain itu roti juga melambangkan kemapanan karena hanya para bangsawan saja saat itu yang mampu membeli roti untuk dikonsumsi pada zamannya.

Roti dibagikan kepada tamu-tamu lajang dengan harapan segera mendapat jodoh atau menikah.

Tradisi pemakaian roti Buaya di kota Bandung berbeda dengan Jakarta. Saat seorang anak dikhitan di Bandung, biasanya disertakan roti buaya di dalam acara khitanannya. 

Saya sendiri belum mengetahui pasti makna yang tersembunyi di balik adanya roti di acara khitanan.

Saya berpikir barangkali pesan yang ingin disampaikan adalah agar pengantin sunat menjadi lelaki setia. Lelaki yang panjang umur dan kuat di berbagai kondisi jaman. Seperti halnya seekor buaya. Bukan jadi “Buaya Darat” ya..

Bagaimana pendapat Anda?




1 comment:

  1. wkwk..iya, setahuku juga 'buaya' adalah simbol ketidaksetiaan laki-laki, doyan selingkuh, tapi kenapa ya di masyarakat Betawi. dalam bentuk roti, jadi maknanya berbeda? Justru sebaliknya. Ada peristiwa sejarah apakah yang menjadi makna 'buaya' bertolak belakang? Mungkin ini yang perlu diungkap.

    ReplyDelete