Mencintaimu Sepanjang Hidupku


Malam kian larut, aku masih sibuk di depan laptop mencoba merangkai kisah kita. Dua sejoli berbeda suku -- Sunda dan Belitung – yang tersatukan dalam ikatan pernikahan dan terpisahkan karena kematian.

Kesunyian malam membuatku semakin teringat dan rindu padamu --membawaku menyusuri lintasan peristiwa – yang kucoba abadikan lewat tulisan. Kerinduan ini semakin terasa menggigit dan membuat getir, karena aku tak akan bisa lagi berjumpa denganmu.Kita kini terpisahkan ruang dan waktu karena Alloh SWT memanggilmu keharibaannya tepatnya pada tanggal 8 Februari 2014 lalu.

Dalam senyap dan tetesan air mata,kuingin sampaikan padamu melalui tulisan ini, bahwa aku sangat mencintaimu,itu kutunjukkan lewat kasih sayang dan perhatian tulusku pada 4 anak-anak kita.Lewat nasihat-nasihatmu yang selalu aku amalkan.Lewat segala upayaku untuk mencari amal jariyah yang akan sampai padaNya atas namamu.Lewat do’a-do’aku yang kupanjatkan khusus untukmu.

Sesungguhnya tidak mudah bagiku untuk menerima dan melalui ini semua. Anak-anak  sangat membutuhkan bimbingan dan kasih sayangmu, sebagai seorang istri akupun membutuhkannya.Ya Rabb,,ini semua sangat tidak mudah bagiku. Kehilanganmu adalah hal yang teramat sangat berat untuk bisa kuterima dan kufahami.
***
Tak akan aku lupakan bagaimana saat-saat terakhir kita bersama. Dirimu hanya ingin denganku. Aku diberiNya kesempatan merawatmu secara penuh 50 hari lamanya di sebuah RS Swasta di kota Bandung. Satu hal yang tak pernah kudapat selama 14 tahun pernikahan kita adalah mendapati dirimu makan dengan lahapnya,memakan banyak menu yang semula tak kau suka.Kau bisa tidur dengan lelap,setelah sekian lama sebelumnya dirimu mengidap insomnia.Tekanan darahmu pun berangsur normal,begitupun dengan metabolisme tubuhmu semuanya menunjukkan indikasi membaik. Termasuk sakit di belakang kepalamu.Baru aku ketahui kemudian dari para pelayat, bahwa Smumnya orang yang sakit berat akan mengalami sehat dahulu setelah itu biasanya drop lagi.

Aku ingat betul saat dokter memangilku ke ruangannya – saat itu dirimu  baru dirawat selama 2 minggu -- dan menunjukkan foto-foto hasil CT Scan kepala,thorax serta tulang ekor.Innalillahi sakitmu ternyata sungguh berat.Dirimu divonis dokter terkena tumor ganas yang sudah menyebar ke beberapa bagian tubuhmu.Aku hanya bisa terpaku mencoba untuk tegar dan mengupayakan untuk tidak menangis.Aku ingin tetap terlihat kuat di hadapanmu karena aku ingin dirimu juga kuat dan kita bisa bersama-sama menghadapi ujian ini dengan tetap sabar dan tawakal padaNya.
“Apa kata dokter Mi”, itu perkataanmu saat diriku masuk ke kamar.
“Kita punya PR,,ditubuhmu ada beberapa spot yang harus disembuhkan”, begitu jawabku sambil berusaha tersenyum. Aku tidak ingin menyampaikan lebih detail apa sebenarnya penyakit yang kau derita,hal itu demi kebaikamu, agar dirimu tetap bersemangat menjalani proses pengobatanmu di RS. Alhamdulillah, saat itu diriku sudah sampai pada pemahaman syukur. Senantiasa bersyukur dalam setiap keadaan dan berprasangka baik kepada Alloh SWT.
“Aku bersyukur diberikan Alloh SWT mengurusmu di sini”, bisikku padamu saat itu.
“Aku bersyukur,sebelumnya Ibu dan saudara-saudaramu juga sempat mengurusmu di Belitung”, lanjutku kemudian.
“Jangan ada yang disesali ya,,semua sudah menjadi suratan dariNya,moga Alloh segerakan kesembuhan”,begitu kataku sambil mengenggam erat tanganmu.
Aku dan dirimu sangat yakin,,Alloh lah Sang Maha Penyembuh,,tak ada kata putus asa bagiku dan dirimu saat itu.Kita berjuang bersama menghadapi episode sakitmu dengan sabar,syukur serta tawakal.
***
Kini hampir 4 bulan dirimu berpulang keharibaanNya.
Wajahmu,semangatmu,nasihatmu selalu di hatiku. Meski kini ku tertatih, menjalani  hidup tanpa kehadiranmu disisiku, aku mencoba terus tegar.Aku akan selalu ingat nasihatmu padaku tentang ketabahan Ummu Sulaim saat kehilangan anaknya. Tentang sabarnya nabi Ayub dalam menghadapi ujian sakitnya.
Mati hanyalah masalah waktu.Sebuah masa yang sangat kau persiapkan untuk menghadapinya. Di awal sakitmu kau selalu berkata “Ada 2 kemungkinan yang akan dihadapi si sakit,,yakni sembuh kembali atau sakitnya menyebabkan kematian, aku sudah siap untuk itu ”, begitu katamu.

Zuhud adalah pilihan hidupmu, kemewahan dunia tak bertempat di hatimu,hingga saat ajal menjemputmu Alhamdulillah semua bejalan mudah,,semudah dirimu menghadapi beratnya sakitmu,karena menyadari sebagai sarana tarbiyah Alloh pada kita.

“Tunggu aku dan anak-anak di Syurga ya,,,kita berkumpul kembali di sana”,bisikku sambil mengecup pipimu dan  menutup kafan di wajahmu.
Selamat jalan wahai suamiku,,aku akan setia untukmu,,membesarkan 4 anak kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah serta mencintaimu sepanjang hidupku.

Kulanjutkan hidup dalam keyakinan akan kasih sayang Alloh dan Maha PemurahNya,,
Aku banyak belajar darimu dalam menghadapi ujian hidup,,Allohlah tempat kita bergantung,,hanya Alloh tujuan kita.


1 comment:

  1. hiks..hiks...mata saya sampai berkaca-kaca teh....yang sabar ya...peluuuk...

    ReplyDelete