Berita mengenai keberangkatan seorang Tukang Bubur naik haji
menarik perhatian saya. Ternyata cerita tersebut, bukan sekedar judul sinetron saja ya… ada dalam kehidupan nyata. Rasa ingin tahu saya muncul, memikirkan
bagaimana cara memperoleh dana haji. Ibadah haji membutuhkan dana besar, dengan
cara bagaimana tukang bubur tersebut dapat mengumpulkannya?
Senin sore lalu, berita di televisi menayangkan keberangkatan tukang bubur tersebut yang ternyata adalah seorang Ibu.
Rata-rata Ibu penjual bubur tersebut menyisihkan uang sebesar Rp.
25.000,00 dari pendapatan hariannya untuk beribadah haji. Hal tersebut dilakukan
dalam kurun waktu yang cukup panjang. Subhanalloh…
Saya jadi bertanya-tanya, apa mungkin pergi haji dapat
dilakukan dengan hanya menyisihkan uang yang jumlahnya tidak seberapa? Apalagi
beberapa waktu kemudian ramai pula diberitakan keberhasilan tukang tambal ban
dan loper koran menyisihkan pendapatannya sehingga bisa naik haji tahun ini.
Rasa penasaran saya akhirnya memperoleh jawabannya, saya
menemukan sebuah situs yang memberikan penjelasan yang ‘masuk akal’ , yakni
bagaimana dengan uang recehan, kita bisa berangkat haji. Langkah pertama yang
harus dilakukan, adalah menentukan kapan kira-kira kita siap untuk berhaji? Apakah
tahun depan, atau 5 – 10 tahun yang akan datang? Selanjutnya cari tahu ongkos
ibadah haji tahun ini di tambahkan dengan nilai kenaikan rata-rata per tahun.
Dari sana kita bisa mengetahui ongkos ibadah haji di tahun yang kita
rencanakan. Simulasi perhitungannya sbb :
Sumber : openmindedwomen.blogspot.com
Tabel tersebut
menggunakan biaya ibadah haji tahun 2013. Dari sana kita bisa mengetahui untuk
rencana keberangkatan haji 5 tahun terhitung sejak tahun 2013, seseorang harus
menabung sebesar Rp, 729,249 atau kalau kita bulatkan menjadi Rp. 750.000,00 per
bulan, atau Rp.25.000,00 per hari. Jumlah yang hampir sama besarnya dengan para
pemilik motor yang harus mencicil motornya hari ini ya?. Jika rencana pergi
haji sekitar 15 tahun yang akan datang, maka biaya yang ditabung jauh lebih kecil, yakni Rp.
395,957 atau dibulatkan menjadi Rp. 400.000,00 per bulan. O, ya kolom investasi
diisikan dengan biaya lebih kecil, karena uang tersebut disimpan dalam bentuk
investasi reksadana.
Alhamdulillah, terjawab
sudah pertanyaan di benak saya mengenai rahasia pergi haji ala tukang bubur
tersebut. Saya yakin untuk hal-hal besar lainnya pun dapat kita lakukan hal
yang sama, semisal rencana untuk dana kuliah anak atau persiapan
pernikahan bagi anak kita nanti. Tentunya sebagai seorang awam, tidaklah mudah
menghitung persentasi rata-rata kenaikan biaya tahunannya. Untuk itu diperlukan
konsultasi dengan ahli perencana keuangan, salah satunya adalah Rina Dewi Lina. Saya pun berencana menghubungi beliau untuk menanyakan kolom investasi reksadana di tabel atas. Bisa lebih kecil ya jumlahnya?
Menghitung besarnya dana yang harus ditabung per hari memudahkan kita mencapai banyak mimpi yang kita inginkan. Tentu, langkah berikutnya butuh komitmen untuk konsisten di dalam prosesnya. Membuat target harian dan memenuhinya (komitmen) adalah salah satu tujuan pembuatan Metrik oleh Indari Mastuti. Dengan metrik tersebut, target menabung harian kita akan lebih terkontrol. Insha Alloh rencana besar berhaji akan terlaksana. Bismillah..saya pun meniatkan diri menabung per hari agar dapat pergi berhaji. Bagaimana dengan Anda?
Subhanalloh, ternyata jika mau mengumpulkan sedikit demi sedikit bisa tercapai juga. Kuasa Alloh amat besar. Ini inspirasi buat saya untuk menyisihkan uang buat pergi haji
ReplyDeleteIya Mb..saya juga baru ngeh ..moga kita termasuk hamba yang diperkenankanNya menunaikan ibadah haji yaa..Aamiin
DeleteSemoga kita bisa mengikuti mereka ya mbak...bisa menunaikan ibadah haji..aamiin...
ReplyDeleteaamiin... Tuk haji tahun ini, bukan hanya tukang bubur yang naik haji, namun juga penjual kayu bakar...
ReplyDelete