“Tahukah Anda bahwa kondisi gangguan kesehatan
dan keluhan perilaku saat ini diakibatkan oleh emosi negatif SEPANJANG UMUR
HIDUP ANDA ? Bisakah dibayangkan seberapa lama Anda hidup dan
seberapa besar tumpukan emosi negatif yang akhirnya mengganggu kehidupan Anda”
(Dra. Yuli Suliswidiawati, MPsi)
Puluhan orang yang terdapat di ruangan
itu menjerit histeris. Ada yang berteriak marah sambil menendang kursi dan
memukulkan tangannya ke dinding. Dalam sesi Self Healing tersebut,
semua peserta di ajak untuk mengeluarkan endapan emosi negatif yang terekam di bawah alam
sadar. Tumpukkan emosi negatif tersebut jika tidak dikeluarkan akan memunculkan
masalah fisik dan psikis. Secara fisik bisa menimbulkan aneka penyakit ringan
hingga berat. Secara psikis bisa memunculkan perilaku yang mengganggu seperti
trauma dan phobia.
Self Healing adalah pilihan saya sebagai upaya alternatif
penyembuhan suami. Tahapannya tentu saja saya harus mengeluarkan emosi negatif dalam
diri sehingga mampu memberikan semangat pada lingkungan sekitar terutama
menyalakan semangat pada suamiyang tengah terkena sakit berat.
Mulanya saya enggan dan malu
mengikuti sesi tersebut. Luka lama yang tersimpan di alam bawah sadar akan
tertumpah ruah dan membuat malu. Saya ingin menyimpannya sendiri. Namun ajakan
guru saya dalam coaching bisnis saat
itu, Ibu Mutia memberikan keberanian untuk mengikutinya. Sampai kapan semua
perasaan yang tak sehat akan tersimpan? Padahal akan ada banyak manfaat jika
emosi negatif itu dikeluarkan. Bahkan lebih jauhnya lagi, kita akan bisa
menularkan spirit ke sekeliling kita karena emosi negatif yang menumpuk ada
dalam posisi zero.
***
Saat itu saya dalam kondisi puncak,
kegalauan tingkat tinggi, akibat keberadaan suami yang tengah menjalankan
terapi di Belitung sementara saya dan anak-anak di Bandung. Kondisi usaha Daycare
yang belum stabil serta menghadapi anak usia pra remaja dengan emosi meledak-ledak
sering membuat frustasi dalam diri. Hari-hari saat itu terasa sangat berat.
Saya ingin suami yang tengah sakit berada di tengah-tengah keluarga. Apapun
kondisi yang terjadi, saya ingin kami tetap bersama, menghadapi segala
sesuatunya. Tentu dengan selalu mengharap pertolonganNya.
Saat psikolog meminta kami untuk
pasrah padaNya dan menyampaikan apapun yang kami rasa. Saya masih belum
bergeming, saya ingin menyimpan itu semua di dalam dada saja. Namun kala
suasana makin pasrah, pelan-pelan saya mulai bisa berani mengeluarkan segala
hal yang saya rasa. Memori berkelebatan di kepala. Yang saya teriakkan kala itu
“ Abi.. pulang.. Bagaimana Ummi dan anak-anak di sini?, Kita hadapi sakitnya
Abi bersama,” begitu teriakku. “Ummi sayang Abi..Ummi ingin Abi sehat ,”sebuah
pesanku untuk suamiku yang tengah terbaring sakit.
Apa yang terjadi kemudian? Sungguh mengejutkan,
emosi negatif berhasil dikeluarkan berganti dengan kepasrahan. Teriakan dan
ajakanku pada suami kala itu yang terpisah bermil-mil disampaikan olehNya. Dua
hari kemudian suami banyak menuliskan kata-kata positif dan semangat dalam
catatan hariannya. “Aku harus sehat. Aku harus pulang bertemu istri dan
anak-anak.” Begitu tulisnya berulang-ulang dalam lembaran catatan hariannya. Sungguh
suatu karuniaNya. Energi positifku disampaikanNya pada suamiku. Jika sudah
demikian, tentu aneka upaya penyembuhan Insha Alloh akan berjalan lebih lancar.
r
Sumber dokumentasi pribadi |
Sumber : dokumentasi pribadi |
Hal menggembirakan adalah kembalinya
semangat dalam diri suami. Kembalinya sosok yang pemberani dan penuh semangat.
Motivatorku dalam menghadapi hidup. Hal yang takkan kulupa adalah bagaimana suami
menuliskan keyakinan tertinggi pada sang Kholik untuk bisa kembali lagi
berkumpul dan melanjutkan pengobatan di Badung. Kondisi fisiknya yang sudah tak
dapat duduk dan berjalan akibat sakitnya, serta kondisi keuangan yang sangat
minim rasanya tak memungkinkan untuk membawanya berobat ke Bandung. Kami harus
menyediakan uang dalam jumlah banyak, karena suami akan dibawa dalam kondisi
terbaring. Belum lagi sewa ambulan selama perjalanan darat dan membayar pewarat
yang mengawal perjalanan kami.
Berprasangka baiklah pada Alloh Swt. Alloh Maha mendengar. Berikutnya banyak kemudahan kami peroleh menuju jalan kepulangannya ke Bandung. Juga proses pengobatannya bisa berlanjut di Bandung, sampai akhirnya Alloh Swt berkehendak yang terbaik. Almarhum wafat setelah menjalani berbagai rangkaian pengobatan.
***
Self Healing mengenalkanku pada satu hal.
Membiasakan diri mengeluarkan segala emosi negatif dan berpasrah padaNya. Hal
tersebut banyak memberikan energi positif dan menciptakan kesehatan, anugerah
tak terkira dariNya. Saya sangat dimudahkanNya dalam mengemban tugas baru,
mendidik dan membesarkan 4 anak dengan berbagai aktifitas.
Kini hampir satu tahun berlalu… Saya terus
berusaha mendahulukan syukur di setiap langkah kehidupan. Apapun yang terjadi
adalah yang terbaik dariNya. Selalu saya
ingat kata-kata Alm. suami untuk... “Selalu bersama Alloh di setiap saat” Insya
Alloh..Aamiin
Self Healing...saya belum pernah mencobanya Teh. Bagaimana rasanya ya..? :)
ReplyDeleteBoleh dicoba ni. Caranya bagaimana kak??
ReplyDelete