Keajaiban Doa

“Sekolah ini jelek, Abang gak bisa apa-apa,” gerutu sulungku sesaat sebelum masuk dan duduk di mobil.

“Sekolahnya bagus, In Syaa Allah Abang mudah melangkah karena Ummi sudah rida,” jawabku menepis pikiran buruk Abang yang baru saja lulus menyelesaikan pendidikan SMA di pondok.

Kekesalannya dan kekecewaannya karena kami memaksanya untuk bersekolah di pondok seakan mencapai puncaknya. Ia merasa kurang bekal kemampuan akademis untuk bersaing saat mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Hal itu menyebabkan kalimat “sekolah ini jelek” keluar dari mulutnya.

Aku tetap berusaha meyakinkan anakku bahwa keridaanku sebagai Ibu, melihat perjuangannya selama ini untuk bertahan bersekolah di pondok akan menjadi kunci kesuksesannya meraih cita-cita.

Dalam heningnya malam kulantunkan do’a agar Allah Swt dengan kuasa dan kasih sayang-Nya memudahkan langkah anakku masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur SBMPTN.

Mendaftar Bimbingan Belajar

“Abang mau daftar bimbel apa?” tanyaku.

“Terserah Ummi saja,” jawabnya.

Ia menyerahkan sepenuhnya padaku untuk memilih bimbingan belajar terbaik guna mempersiapkan diri masuk PTN hanya dalam kurun waktu tiga minggu. Dalam waktu yang sangat singkat tersebut otaknya dibekali beragam latihan soal. Buku-buku pegangan sangat tebal, aku pun ngeri melihatnya.

“Abang gak ngerti apa-apa, Mi,” ucapnya penuh kegusaran saat baru saja pulang mengikuti bimbingan belajar.

“Teman-teman satu kelas sudah hampir setahun belajar di sana, mereka sudah saling kenal. Hanya Abang dan teman satu SMA menjadi siswa baru di sana,” ia mengeluhkan kondisi kelas yang sudah sangat solid dan cepat menjawab soal-soal. Sementara ia dan kawan satu sekolah terseret-seret mengikutinya.

Bagiku adalah hal yang wajar jika ia merasa kesulitan. Selama enam tahun bersekolah di pondok tentu lebih banyak ilmu keagamaan atau kepesantrenan yang didapat ketimbang materi akademis. Jadi saat ia mengeluh, kujelaskan bahwa ia diberikan waktu untuk mengejar ketertinggalan materi dengan bertanya secara khusus.

“Abang boleh bertanya sesaat sebelum kelas dimulai atau bisa sesudahnya, janjian saja ya dengan guru bimbel,” aku menjawab kegundahannya dengan memberi solusi.

Abang tidak mengiyakan juga tidak menampik solusi dariku berupa program tambahan yang diberikan pihak bimbingan belajar. Aku berusaha untuk paham dengan kerisauan yang dialami putraku.

“Jika Abang merasa tidak cocok, mumpung baru pertemuan pertama, bisa lanjut belajar di rumah bersama Ummi,” aku menawarkan solusi lain.

“Jika setuju besok Ummi akan menemui pihak bimbingan belajar mengajukan permohonan untuk keluar dan meminta supaya uang pendaftaran sebesar 4,5 juta dikembalikan meski konsekuensinya pasti akan dipotong."

“Abang gak mau belajar bersama Ummi, Abang mau bimbel saja,” jawabnya dengan wajah cemberut.

Ya, Abang harus memilih apakah akan lanjut atau berhenti. Abang juga harus tahu bahwa uang yang kukeluarkan untuk mendaftarkannya ke bimbel ternama tersebut tidaklah kecil. Empat juta setengah untuk waktu belajar selama tiga minggu adalah angka yang fantastis bagiku, seorang single Mom.

Keajaiban Terjadi

Setiap kali bibirnya mengucapkan kalimat negatif penuh pesimis, seketika itu kubalas dengan kalimat penuh keyakinan bahwa ia bisa dan mampu lulus SBMPTN.

“Abang gak mungkin diterima SBMPTN, Mi,” nada putus asa kembali meluncur dari bibirnya.

“Bisa, Abang bisa lulus, lihat saja nanti,” aku terus meyakinkannya.

Tentu tak mudah baginya untuk melahap rumus rumus dalam buku tebal yang diberikan pihak bimbel. Sebaliknya aku yakin pastilah ada pelajaran yang “nempel” ia pahami selama ikut bimbel dan saat menjalani program pemantapan di sekolah.

Mulailah aku mengafirmasi diri dengan keyakinan kuat bahwa Allah Swt akan menolong anakku. Dia sudah sangat berbakti dengan menuruti nasihatku untuk bersekolah di pondok. Meskipun ia tak suka dan tak mudah menjalani masa enam tahun di pondok, tapi semua dijalaninya. Abang anak penurut. Alhamdulillah.

“Ya Allah, aku rida atas anakku. Ampuni ya Rabb segala kekhilafannya. Mudahkan ya Rabb jalan baginya diterima di perguruan tinggi terbaik menurut-Mu.”

Kucuran air mata terasa deras di pipi, menemani lantunan do’a yang kupanjatkan ke hadirat Illahi Robbi. Tak putus asa aku bermohon akan adanya pertolongan dan keajaiban yang Ia berikan. Aku yakin jika seorang Ibu sudah rida maka Allah pun akan rida terhadap anakku.

Aku mulai browsing berita di internet, mengenai keajaiban saat menerima hasil kelulusan SBMPTN. Kisah-kisah nyata keajaiban peserta SBMPTN yang masuk perguruan tinggi negeri ternyata banyak dituliskan di beberapa blog. Aku tambah yakin bahwa hal yang sama akan terjadi pada anakku.

Mulai saat itu aku selalu mengafirmasi diri, membayangkan keajaiban terjadi apada anakku. Ia akan membuka amplop hasil SBMPTN dan terkejut membaca isinya karena ternyata ia lulus PTN.

Demikian kuulang terus bayangan itu dipikiranku, sehingga terasa nyata dan seakan terjadi sesungguhnya di depan mataku.

Alhamdulillah kabar baik kudengar dari kerabatku. Saat itu aku masih berada di kampus, seorang kerabat mengirim berita bahagia melalui pesan singkat di whatsapp mengenai kelulusan anakku  yang diketahuinya saat membuka informasi di internet.

Kerabatku hapal dengan nomor ujian dan nama lengkap dari data yang kukirimkan. Aku pernah mengirim foto kartu ujian berisi data saat menanyakan lokasi Gedung ujian di UNPAD JATINAGOR.

Dadaku berdegup kencang. Aku tak kuasa menahan rasa bahagia. Segera aku telepon Abang menyampaikan berita ini.

“Apa? Abang di terima? Betul, Mi abang diterima?” teriaknya seolah tak percaya saat aku telepon.

“Iya betul, coba Abang cek sendiri ya, Abang diterima di TEKNIK SIPIL UPI” aku meyakinkannya.

Ma syaa Allah Tabarokalloh benar-benar karunia tak terhingga bagi kami menerima kenyataan ini. Sungguh ini adalah bukti bahwa kekuatan do’a bisa mengalahkan takdir. Ini adalah pelajaran berharga bagiku selaku seorang Ibu untuk tak lupa menggantungkan segala cita dan harapan hanya pada sang Khalik.

Do’a Ibu menggetarkan Arasy. Jangalah pernah mengeluarkan kata-kata buruk saat marah. Perbanyak istighfar dan lantunkan do’a, karena kita tidak pernah tahu kapan do’a diijabah. Keyakinan positif akan berbuah hal baik dan sebaliknya keyakinan negatif akan berbuah keburukan. Naudzu billah Min dzalik.













2 comments:

  1. Subhanallah, luar biasa kekuatan doa. Afirmasi diri memang perlu dicoba. Makasih artikelnya, happy ending.

    ReplyDelete
  2. Cerita tentang anak memang gak ada habisnya yaa. Cerita pengalaman melahirkannya saja satu buku sendiri. Sampai anak sekolah selalu ada cerita sendiri.

    ReplyDelete