Mendapat Beasiswa


Ada rasa haru dan bahagia saat sulungku, Abang Faqih lolos masuk kuliah di Teknik Sipil Universitas Pendidikan Bandung (UPI). Tetapi, diam-diam ada rasa khawatir menyelinap, karena sebagai Ibu aku paham betul bahwa passion Abang yang sebenarnya adalah di bidang informatika Jadi, Teknik Sipil adalah pilihan ke tiga sementara pilihan pertama dan keduanya adalah Teknik informatika.

Hasil talent mapping juga menguatkan pendapatku, sehingga saat kami menerima berita kelulusan tersebut aku bertanya padanya, apakah ia benar-benar akan switch? Berubah haluan, semula bercita-cita menjadi ahli IT dan akhirnya sesuai hasil SBMPTN menekuni dunia Teknik sipil?

Akhirnya, sesuai kesepakatan, Abang mengikuti perkuliahan di UPI. Bagi kami kesempatan ini adalah kesempatan luar biasa sehingga tidak boleh disia-siakan. Jikapun akhirnya setelah dicoba kuliah di sana tidak cocok, masih ada waktu untuk mendaftar SBMPTN di tahun depan. Apalagi usianya masih sangat muda saat masuk SD dulu.

Perjalanan kuliah pun dilaluinya, sebagai Ibu aku berharap ia memperoleh pengalaman-pengalaman baru, teman-teman baru. Kuliah membuka wawasannya, makin mendewasakannya. Dan banyak lagi harapan-harapan kupanjatkan dalam do’aku pada-Nya.

Memutuskan untuk berhenti

Memasuki masa perkuliahan, aku melihat anakku memiliki kesulitan dalam beradaptasi mengikuti perkuliahan, terutama tugas-tugas menggambar teknik. Beruntung, adikku seorang interior design pernah mendapatkan mata kuliah yang sama di awal perkuliahannya dulu. Sehingga untuk tugas-tugas, Abang banyak melakukan konsultasi dengan adikku.

Tetapi, ternyata hal itu tidak bisa berlangsung lama, anakku mulai merasa keteteran menggambar teknik, dan tampaknya tak ada minat untuk belajar lebih banyak teknik menggambar yang merupakan mata kuliah yang akan banyak ditemuinya di perkuliahan,  sehingga akhirnya ia memutuskan berhenti di tengah jalan.

Berat bagiku menerima kenyataan itu, namun aku yakin anakku pun mengalami hal yang sama. Putus kuliah di awal memang terasa pahit, tetapi itu jauh lebih baik dari pada ia berdusta. Ya, ada banyak kasus di mana mahasiswa berbohong pada orang tua atas ketidaksanggupan mengikuti perkuliahan. Akibatnya mereka sering membolos, tentu ini akan lebih mengecewakan.

“Ini bukan hal yang mudah, tetapi Ummi menghargai kejujuran Abang, kita coba lagi mengikuti ujian tahun depan,” aku menjelaskan.

Satu tahun berada di rumah dengan banyak pertanyaan mengenai kejelasan kuliahnya tentu bukan perkara yang nyaman untuk dilalui. Apalagi statusku sebagai seorang dosen akan menjadi sorotan jika anakku tidak kuliah. Tetapi itulah kenyataan hidup, sudah menjadi janjiku dan suami selepas SMA anak-anak dibebaskan memilih jurusan kuliah, tentu dengan arahan saya selaku Ibunya yang kini menjadi orang tua tunggal.

Masa satu tahun Abang full di rumah, dijadikan waktu menjalin kedekatan satu sama lain. Abang 6 tahun bersekolah di pondok, paling lama hanya satu bulan berada di rumah, yakni saat libur. Adaptasi pasti terjadi, apalagi karena saat ini kami tinggal di rumah orang tuaku atau neneknya. Belajar pola interaksi serta hak dan kewajiban baru yang melekat padanya selaku anak sulung kami.

Kuliah di Mana?

Tak terasa hampir satu tahun waktu terlewatkan, kini tibalah saatnya Anbang mulai fokus memilih tempat kuliah. Aku memintanya untuk tidak kos, tetap pergi dan pulang dari rumah. Tujuanku adalah agar ia kedekatan yang  mulai terjalin dan komunikasi yang sudah terbangun semakin baik.

Aku sadar, perhatianku padanya selama ini terbagi untuk memperhatikan tiga adik-adiknya, sehingga satu tahun ke depan adalah waktu emas yang bisa kami gunakan, sebelum adiknya lulus dari pondok dan mengikuti kuliah di Bandung.

Rupanya keinginanku memintanya untuk tidak kos menjadikan Abang berpikir panjang, ia belum menjawab saat aku tanya ,” Mau daftar ke mana?”. Aku dag dig dug saat ia memutuskan untuk tidak ikut SBMPTN dan memilih untuk ikut tes ke Telkom University yang lokasi tempuh maksimal satu jam dari rumah.

Aku besryukur mendengar ia sudah memiliki rencana untuk lanjut kuliah dan memilih Telkom University sebagai kampus tempatnya menuntut ilmu. Alhamdulillah.

“Tapi, kuliah di sana mahal kan Mi, “ Abang tampak gusar

“In syaa Allah pasti ada rezekinya,” aku meyakinkannya.

Mulailah aku membantu mencari info jadwal ujian masuk kampus swasta ranking pertama di Indonesia ini. Dari laman pengumuman penerimaan mahasiswa, aku dapati info ujian masuk yang dibuka saat itu adalah Jalur Prestasi Unggulan (JPU) sementara itu Ujian Tulis Gelombang-1 (UTG-1) sudah dilaksanakan dan akan dibuka kembali setelah JPU selesai.

Rupanya ada beberapa jalur masuk ke PTS ternama ini yang baru aku ketahui saat mencari informasi untuk sulungku. Aku mulai ragu akankah ia lulus bersaing di jalur prestasi? Mengingat selama di pondok anakku tergolong siswa “biasa-biasa saja” dalam hal akademik.

Segera kuhubungi bagian penerimaan mahasiswa, menanyakan syarat masuk jalur JPU. Alhamdulillah ternyata hasil penerimaan di jalur ini adalah melalui test tertulis, tidak perlu menyertakan nilai rapor. Dan kabar lainnya yang tak kalah menggembirakan adalah ada beasiswa bagi peserta yang lulus. Alhamdulillah semoga anakku beruntung lulus dan mendapatkan beasiswa lu JPU.

Kejutan yang Membahagiakan

Aku terus berdo’a demi kelulusan anakku. Tak putus harapanku atas kemurahan-Nya semoga Abang lulus beroleh beasiswa. Aku yakin ia bisa mengikuti ujian dengan baik, terutama di Bahasa Inggris dan asah logika. Bismillah semoga Allah mengabulkan do’aku.

Seminggu sebelum ujian, abang terserang demam, ia tampak terkulai lemas di pembaringan. Selaku Ibu aku fokus merawatnya tidak menyinggung masalah ujian, agar ia tidak panik. Meski sebenarnya aku khawatir ia tidak lulus di tahun ini dan harus menunggu untuk ujian di tahun depan.

“Rasa khawatir berlebihan itu gak baik, lho. Itu bisa jadi kenyataan karena kamu lebih fokus pada banyak kegagalan,” sahabatku mengingatkan saat aku bercerita masalah anakku yang tengah sakit sementara jadwal ujian tinggal menunggu hari.

“Tepis pikiran negatif, ganti dengan pikiran positif. Ubah kata-kata negatif  menjadi kata-kata positif,” aku bergumam mengingatkan diri.

Ini bukan pertamakalinya dalam hidup, aku menghadapi perkara yang dirasa sulit. Bukan pertamakalinya pula hatiku dipenuhi kecemasan luar biasa. Aku melawan rasa itu dengan lebih banyak berdo’a. In syaa Allah. Aku yakin Abang cepat pulih dan bisa ikut ujian dengan hasil memuaskan In syaa Allah.

Dan, Allah akan sesuai dengan prasangka hamba-Nya, anakku lulus masuk Telkom University di jurusan Teknik Informatika melalui jalur beasiswa. Ma syaa Allah Tabarokalloh, Nak. Alhamdulillah Alloh berikan karunia-Nya, sampai dengan semester ke tiga ini Abang terus mendapat beasiswa karena IP semester selalu di atas 3,5.

Alhamdulillah kuliah sesuai passion membuatnya mampu mengoptimalkan potensi yang telah Allah karuniakan dan di asah sejak usia dini yakni bidang informatika.

Selamat ya Nak, teruslah menjadi hamba yang taat dan penuh kesyukuran. Allah Swt senantias menjagamu.






0 komentar:

Post a Comment