Selaku pengelola
keuangan keluarga, kesehatan finansial ada di tangan wanita. Sayangnya,
seringkali karena tergoda oleh keinginan yang bisa ditunda, ataupun karena
‘gengsi’, membuat wanita memutuskan berbelanja. Kegiatan shoping seperti
itu, jika didukung oleh kemampuan keuangan yang memadai tentu berdampak pada
pemborosan. Sedangkan jika terkena pada kaum wanita dengan ekonomi pas-pasan,
menyeretnya pada kondisi berhutang.
Menurut financial
planner Rina Dewi Lina, yang juga Chief Operating Officer (COO) Fokus
Finansial, berhutang sebenarnya sah-sah saja, jika dilakukan untuk berbelanja
suatu barang yang memang urgent untuk dimiliki. Semisal,
seorang wanita pekerja membutuhkan alat transportasi untuk kemudahan perjalanan
ke kantor. Setelah dihitung, ongkos naik angkutan umum per bulannya ternyata
lebih mahal dari ongkos menyicil sebuah motor. Dalam kasus ini, berhutang untuk
menyicil motor adalah satu hal yang diperbolehkan.
Hal lain yang
menyebabkan berhutang itu aman, adalah berhutang untuk meningkatkan aset.
Sebagai contoh berhutang untuk memiliki rumah. Karena harga rumah yang terus
melambung, menyebabkan kondisi berhutang dengan menyicil lewat jasa Bank adalah
solusinya.Mengapa demikian? Dalam satu sesi wawancara dengan penulis, Rina Dewi
Lina menjelaskan bahwa harga rumah sekarang cukup tinggi sehingga kemampuan
membeli secara tunai menjadi hal yang sulit dilakukan. Jika kita mencoba
sengaja menabung sebagai upaya untuk memiliki rumah, dikatakannya sebagai
langkah yang mustahil. Menabung tidak bisa mengejar kenaikan harga rumah.
Sebagai contoh, kenaikan harga property setiap tahunnya
rata-rata 10 – 13 % sedangkan bunga yang diperoleh dari manebung hanyalah 0.5
%. Sehingga jika diasumsikan harga rumah sekarang Rp. 500 juta maka tahun depan
nilainya akan menjadi Rp. 550 atau 600 juta. Jika kita berencana memiliki rumah
tersebut 5 tahun yang akan datang, maka harga rumah diperkirakan sudah menjadi
Rp.750 juta. Nah, bisa Anda bayangkan berapa besar uang yang harus ditabung
setiap bulannya untuk memenuhi hal tersebut? .
Memiliki rumah melalui
fasilitas KPR meminta Anda menyisihkan dana untuk membayar uang
muka, sedangkan sisanya dicicil dengan bunga yang berlaku. Anggap saja bunga
yang dibayar seiring dengan kenaikan inflasi. Keuntungan yang diperoleh tentu
Anda tidak perlu membuang uang untuk mengontrak rumah dan pada akhirnya
memiliki rumah sendiri.
Wanita perlu sangat
hati-hati jika memutuskan berhutang untuk barang konsumtif, pertimbangkanlah
antara keinginan dengan kebutuhan. Biasakanlah mencatat pengeluaran agar para
wanita paham posisi keuangannya. Pastikan jumlah hutang konsumtif ditambah KPR
maksimum 40% dari penghasilan. Berhutang menjadi sah jika masuk dalam
perhitungan kemampuan keuangan Anda. Apabila terpaksa terlilit hutang dalam
jumlah banyak, selesaikanlah dahulu satu per satu. Alihkan hutang konsumtif
menjadi produktif.
Setiap wanita pada
dasarnya memiliiki kemampuan mengatur keuangan, tinggal menambah pengetahuan
agar pengelolaan keuangan yang dilakukan lebih tepat. Karenanya, lakukan
berhutang jika memenuhi kaidah ‘aman’ di atas. Jika tidak, “Say No to
Debt.”
Memiliki rumah melalui fasilitas KPR meminta Anda menyisihkan dana untuk membayar uang muka, sedangkan sisanya dicicil dengan bunga yang berlaku. Anggap saja bunga yang dibayar seiring dengan kenaikan inflasi. Keuntungan yang diperoleh tentu Anda tidak perlu membuang uang untuk mengontrak rumah dan pada akhirnya memiliki rumah sendiri.